Bupati Hafidz Ultimatum Dinpermades Jika Tidak Bisa Menyelesaikan Data Kemiskinan Ekstrim Minggu Ini

NEWS

Rembang-Inspirasiline.com. Pemerintah Kabupaten Rembang sedang fokus menuntaskan data kemiskinan ekstrim, karena minggu ini harus diserahkan kepada Pemprop Jawa Tengah.

Bupati Rembang, Abdul Hafidz bahkan menyampaikan akan mengganti atau memindahkan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa (Dinpermades), apabila tidak memenuhi target tersebut.

“Kalau nggak bisa menyelesaikan, nanti resikonya diganti opo dipindah ning ndi. Makanya pak Slamet (Kepala Dinpermades) harus kerja keras, “ tandas Hafidz bernasa serius.

Mendengar hal itu, Slamet Haryanto, Kepala Dinpermades Kabupaten Rembang menyatakan siap. Saat ini verifikasi data kemiskinan ekstrim masih terus berproses di lapangan.

Hafidz menyebut masalah kemiskinan ekstrim dan anak stunting menjadi fokus perhatian saat ini.

“Rapat ning Jawa Tengah seminggu ping 3, kadang zoom, kadang-kadang teko dewe (datang sendiri), “ ungkapnya.

Maka ia mendorong kepala desa segera menyerahkan data kemiskinan ekstrim kepada tingkat Kecamatan, supaya Kecamatan bisa meneruskan ke Kabupaten. Mengingat hingga hari ini masih banyak yang belum menyerahkan data.

Data menjadi sangat penting, karena sebagai bahan melakukan intervensi kebijakan. Ditargetkan tahun 2024, zero kemiskinan ekstrim.

“Kalau rumahnya masih jelek, kita benahi. Kalau belum punya fasilitas air, kita bantu. Kalau sakit kita obati. Ada 9 indikator, “ terangnya.

Hafidz menimpali khusus anak stunting, muncul dua data berbeda di Kabupaten Rembang. Kalau versi Kementerian Kesehatan, angkanya masih di atas 24 % lebih. Tapi ada data versi lain yang hanya 11,8 %.

Banyak kabupaten komplain dengan data dari kementerian, karena menggunakan sistem sampling area.

“Yang dipakai sekarang data yang mana. Kalau data kementerian kita masih tinggi. Data kementerian, sample dari sekian puluh ribu, hanya 600 bayi melalui sampling area, “ beber Bupati.

Untuk menekan angka anak stunting, Bupati mengimbau masyarakat menghindari nikah pada usia muda.

“Stunting dipengaruhi beberapa hal, termasuk nikah muda. Kalau ibunya berusia di bawah 17 tahun, kandungan belum siap, membuat kepala bayi seperti kecepit (netel), “ ucapnya.

Selain itu, air susu ibu (ASI) diprioritaskan sampai bayi berusia dua tahun, karena sel-sel perkembangan dan kecerdasan pada rentang usia itu, sangat menentukan.

Ia mendorong pemerintah desa mengalokasikan dana desa, guna membantu menurunkan anak stunting. Menurutnya, masalah ini harus dikeroyok bersama-sama, agar Indonesia pada masa mendatang menjadi bangsa dengan generasi yang sehat.

“2024 secara nasional ditargetkan turun menjadi 14 %. Stunting ini mengkhawatirkan untuk kelangsungan bangsa dan negara. Kalau tidak ditangani, akan menjadi bangsa yang kerdil, “ pungkasnya. (yon daryono)

Bagikan ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *